Rabu, 23 Januari 2008

Selamatkan Dieng !


Dieng bisa diartikan sebagai Di (tempat) dan Hyang (Dewa) sehingga secara keseluruhan, Dieng diartikan sebagai tempat bersemayamnya para dewa (http://id.wikipedia.org/wiki/Dataran_Tinggi_Dieng) . Namun ada juga sebagian yang mengartikan Dieng dari kata Adi (agung) dan Aeng (ajaib) sehingga Dieng menurut versi ini diartikan sebagai tempat yang agung dan menyimpan berbagai keajaiban.
Kawasan pegunungan yang terletak pada ketinggian 2063 m dpl dengan temperatur 10 sampai dengan 20 derajat Celcius. Bahkan pada waktu-waktu tertentu suhu bisa mencapai nol derajat Celcius sehingga menimbulkan bun upas atau embun yang merusak tanaman para petani.
Pegunungan Dieng terletak di dua Kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Adalah Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjanegara yang memiliki hak wilayah atas Dieng. Sehingga pengelolaan kawasan pegunungan Dieng pun menjadi persoalan yang sangat kompleks dan memerlukan energi yang cukup besar untuk mengkajinya.
Dieng yang konon mulai didiami oleh Suku Sunda dan Suku Jawa kira-kira 1400 tahun yang lalu itu memiliki pesona alam dan budaya tersendiri. Pesona alam yang cukup indah (dan masih tersisa) dapat dilihat dari beberapa obyek wisata yang ada semisal Telaga Warna (Telaga Werna), Telaga Pengilon, Kompleks Candi, Kawah Sikidang, Kawah Sinila, Sumur Jalatunda dan Tuk (Mata Air) Bimolukar.
Kerusakan kawasan Dieng yang terjadi saat ini ternyata memberikan andil yang cukup besar terhadap perubahan iklim di daerah sekitarnya. Kerusakan yang terjadi ternyata sudah berlangsung cukup lama. Mungkin sebuah kebuntuan opini jika kita menyalahkan masyarakat di sekitar kawasan Dieng sebagai penyebab utama kerusakan yang terjadi di sana. Penggunaan kawasan lindung sebagai daerah tangkapan air sebagai lahan tanaman kentang oleh petani akhirnya dijadikan salah satu bagian yang mengambil peranan dalam kerusakan itu. Padahal, banyak pihak yang seharusnya mengambil peranan untuk merasa bersalah atas kerusakan kawasan itu. Pemerintah sebagai stake holder, harus mengambil peranan juga dalam usaha pemulihan kawasan Dieng untuk mencegah kerusakan yang lebih parah. Penyuluhan dan usaha menawarkan alternatif tanaman yang lebih ramah lingkungan menjadi pilihannya.
Namun, peranan pemerintah agaknya tidak bisa dijadikan tumpuan utama penyelesaian masalah ini. Masyarakatlah tumpuannya. Sejauh tidak ada perubahan yang berarti pada pola pikir masyarakat, pemulihan kawasan Dieng masih harus menempuh jalan panjang.
Meruba pola pikir masyarakat merupakan pekerjaan rumah besar bagi kita semua, kalau anak-anak kita masih ingin melihat Dieng sebagai tempat yang nyaman untuk berwisata. Atau kita akan mewariskan Dieng sebagai tempat bersemayamnya para dewa-dewa investor yang semakin gendut perutnya ? Save Dieng for the Last !

Kamis, 17 Januari 2008

We are...


Yayasan Pelita Garuda (YPG), terbentuk 05 September 1999 di Wonosobo berdasarkan akte notaris Budiadi Gunawan, SH yang ditanda tangani oleh Rudi Setyawan, AMd, Ridwan Setya Nugraha, Yasip Khasani, SIP dan Eko Premono, ST
Cikal bakal YPG diawali dengan terbentuknya Kelompok Peduli Alam dan Lingkungan (KPAL) Garudawana oleh 13 orang aktivis kegiatan lingkungan. Dari kepedulian dan keinginan untuk lebih eksis di bidang lingkungan itulah akhirnya lahir sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat YPG.
Pada perjalannya, YPG tidak hanya berkiprah di bidang lingkungan. Sesuai AD/ART nya, YPG bergerak hampir disemua bidang baik lingkungan, pendidikan, sosial, budaya dan kemasyarakatan. Satu yang menjadi cacatan, YPG tidak pernah bergerak di bidang yang bersifat profit oriented.
Setelah berdiri selama hampir 9 tahun, YPG telah mengalami satu kali pergantian ketua. Pada awal berdirinya, Rudi Setyawan, AMd dipercaya sebagai Ketua Umum dan sejak tahun 2002 Drs. Danang Kusumanto, M.Si dipercaya sebagai Ketua Umum didampingi Ridwan Setya Nugra sebagai Sekretaris dan Eko Premono, ST sebagai Bendahara.
Kiprah YPG sudah cukup mendapat tempat di mata masyarakat Wonosobo pada khususnya. Beberapa kegiatan lingkungan seperti aktif mendampingi petani dalam kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat, Program Pendampingan Pemulihan Dieng, GNRHL, dan di bidang pendidikan aktif sebagai anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Wonosobo.
Ikatan kekeluargaan antar anggota yang saat ini berjumlah 125 orang tetap terjaga karena sesama anggota YPG memiliki ikatan sejarah yang kuat baik sebagai alumni SMA 1 Wonosobo ataupun alumni Satuan Karya Bhayangkara.
Harapan YPG ke depan tidak lebih dari mensinergikan unsur-unsur pembangunan di Kabupaten Wonosobo agar tercipta sebuah keharmonisan lingkungan tanpa mengesampingkan kemajuan yang diharapkan.